8 Februari 2010
Dalam sambutannya, Dekan FP-UB, Prof. Ir. Sumeru Ashari, M.Agr.Sc, PhD mengharapkan agar pelatihan ini dapat meningkatkan skill para dosen/peneliti di FP dalam mempublikasikan hasil penelitiannya di jurnal internasional. Melalui kegiatan ini pula pihaknya juga berharap agar prestasi dalam bidang penelitian dapat sejalan dengan komitmen UB untuk go internasional. Dua orang pemateri yang dihadirkan dalam kegiatan ini adalah Eko Handayanto (FP-UB) dan Chris Anderson (Massey University, New Zealand). Dalam presentasinya, Eko menegaskan bahwa menulis di jurnal internasional sangatlah penting bagi dosen/peneliti disamping merupakan salah satu syarat untuk menjadi guru besar. "Namun hal itu jangan dijadikan beban karena universitas sudah memberikan fasilitas baik berupa pendampingan, bimbingan, maupun dana", tambah Guru Besar FP-UB ini.
Phytomining
Sementara itu, Chris Anderson dalam presentasinya berpesan agar peserta pelatihan tidak bosan untuk terus mencoba memasukkan hasil penelitiannya dalam jurnal internasional. "Jangan khawatir dengan penolakan karena semua ini merupakan bagian dari kehidupan. Kita semua pasti pernah merasakan penolakan", ujar Anderson menyemangati peserta. Selain menyampaikan tips untuk menembus jurnal internasional,. dalam kesempatan yang sama Anderson juga mempresentasikan hasil penelitiannya yang bertajuk "Phytomining in The Tailing of Gold Mining Remediation". Dalam penelitian tersebut, Anderson berupaya untuk memperbaiki lahan yang terkontaminasi/terdegradasi logam berat dengan menggunakan organisme hidup. Selain mampu mengkonservasi lingkungan yang tercemar, keuntungan lain menurut Anderson dapat juga diperoleh. Yaitu mendapat hasil samping berupa logam berat yang terkandung dalam jaringan tanaman yang digunakan untuk phytomining. "Misalkan tanaman ini ditanam di lingkungan bekas tambang emas maka dalam jaringan tanaman phytomining tersebut juga terkandung logam emas walaupun masih dalam presentase kecil", terangnya. Penemuan ini tentu saja menarik untuk diterapkan di Indonesia, hanya saja jenis tanaman phytomining yang digunakan Anderson belum ada di Indonesia sehingga memerlukan penelitian lebih lanjut. [ila/nok
Tidak ada komentar:
Posting Komentar