31 Maret 2010

Perpustakaan, Koridor Peradaban Bangsa

Perpustakaan, Koridor Peradaban Bangsa

30 Maret 2010
Perpustakaan merupakan koridor peradaban dengan perannya sebagai wahana untuk mencerdaskan bangsa agar tercapai masyarakat yang terdidik. Perkembangan dunia elektronik saat ini telah pula merambah perpustakaan sehingga merupakan tantangan baru di abad ini, dimana penyaluran informasi menggunakan protokol elektronik melalui jaringan komputer yang cepat, tepat dan global. Agus Suprapto, SP, MP mengemukakan hal ini dalam diskusi terbatas "Peran Perpustakaan Dalam Mendukung Terciptanya Masyarakat Akademik".
Kegiatan yang terselenggara atas kerjasama Perpustakaan Universitas Brawijaya (UB) dengan Sampoerna Corner ini dipusatkan di ruang pertemuan Perpustakaan UB dan diikuti sekitar 60 orang mahasiswa. Lebih lanjut Agus menyampaikan, perpustakaan mempunyai peran vital sebagai sumber informasi, pendidikan, penelitian, preservasi khasanah budaya bangsa serta tempat rekreasi yang sehat, murah dan bermanfaat. Selain itu, menurutnya perpustakaan juga dapat menjadi lembaga untuk mengembangkan minat dan budaya baca disamping sebagai barometer kemajuan sebuah bangsa.
Terkait dengan pemanfaatan teknologi informasi dalam dunia perpustakaan, mahasiswa Program Doktor Ilmu Pertanian ini membagi perpustakaan menjadi dua yaitu perpustakaan konvensional dan perpustakaan digital. Meskipun begitu, ia memberikan ilustrasi tentang kemegahan perpustakaan sebuah perguruan tinggi di Jerman yaitu University of Goettingen. "Meskipun teknologi informasi telah masuk di perpustakaan Uni Goettingen, mereka masih memelihara koleksi fisik buku-bukunya yang telah ada sejak abad ke-17", ungkap Agus yang biasa menghabiskan waktu berjam-jam di perpustakaan untuk mennyelesaikan disertasinya.
Terkait pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi ini, Agus pun memaparkan hasil survey yang diselenggarakan di University of Southern California Amerika Serikat. Dari hasil survey tersebut diketahui bahwa 73 persen mahasiswa sudah tidak lagi ke perpustakaan karena mereka sudah terhubung oleh internet dan perpustakaan online. Selain itu, diketahui juga bahwa 61 persen pengunjung perpustakaan datang untuk menggunakan komputer yang disediakan sementara hanya 12 persen saja yang datang ke perpustakaan mengakses jurnal cetakan.
Dalam hal otomasi perpustakaan, Agus menekankan pentingnya implementasi business process secara terintegrasi mulai dari sistem pengadaan bahan pustaka, pengolahan, pencarian kembali, sistem sirkulasi, keanggotaan, pengaturan denda keterlambatan pengembalian hingga sistem pelaporan aktivitas perpustakaan dengan berbagai parameter pilihan.
Untuk lebih menarik pengunjung, Agus memiliki konsep tersendiri dalam memberdayakan perpustakaan diantaranya dengan membuat gedung yang lebih menarik dan mudah dijangkau, peningkatan sarana dan prasarana pendukung layanan, adanya fasilitas digital dan internet, penyediaan koleksi dalam multi format serta waktu layanan perpustakaan yang lebih berorientasi masyarakat. Hal ini menurut Agus yang juga dosen Universitas Tidar Magelang, sangat penting dalam meningkatkan aktivitas membaca masyarakat. Karena berdasar survey Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2006, diketahui bahwa masyarakat Indonesia melakukan kegiatan membaca hanya berkisar 23.5 persen saja jauh dibawah aktivitas menonton televisi (85.9 persen) dan mendengarkan radio (40.3 persen).
RBC
Pengalaman mengelola perpustakaan secara swadaya disampaikan oleh Dr. Nazaruddin Malik yang mengelola "Rumah Baca Cerdas (RBC)". Lembaga yang didirikan ayahnya yang juga mantan Menteri Pendidikan Nasional, Prof. Abdul Malik Fadjar pada 2005 tersebut, kini telah memiliki koleksi sekitar 11000 buku. "Saya ini tangan ketiga, adik saya yang sebelumnya mengelola RBC ini. Kini dia telah menyerah", ungkap Nazar yang mengambil alih pengelolaan sejak awal 2009 ini. Sejak dipercaya mengelola, ia mencoba berbagai hal guna mengatasi masalah krusial yang tengah dihadapi yaitu rendahnya minat masyarakat untuk membaca buku serta masalah finansial. Untuk mengatasi masalah pertama, ia mensiasati dengan membentuk komunitas intelektual yang melibatkan mahasiswa aktivis dan dosen untuk berdiskusi mengangkat isu dan fenomena aktual yang berkembang di masyarakat. "Melalui kelompok diskusi terbatas ini kami berupaya membangun generasi yang berfikiran brilliant untuk memajukan bangsa. Hasilnya banyak diantara anggota yang menjadi penulis buku, penulis naskah populer di media, dll", katanya. Sementara itu, terkait dengan pendanaan, ia pun membuka kedai kopi. "Layanan inti kami tetap di RBC dan kedai kopi hanya stimulan saja. Diskon akan diberikan kepada pelanggan kedai kopi asal mereka anggota RBC", ungkap pria yang juga dosen Fakultas Ekonomi UB ini. Terkait keberadaan buku-buku tersebut, satu prinsip yang Nazaruddin pegang ialah tidak akan membuangnya. Karena menurutnya, "Buku akan memiliki nilai historis di masa mendatang, terutama untuk melakukan retrospeksi isu dan politik yang berkembang dimasanya". [nok]

Tidak ada komentar:

SELAMAT DATANG DI FAKULTAS PERTANIAN UB MALANG

SEMOGA BLOG PUSTAKA INI BERGUNA BAGI KEMAJUAN PERTANIAN DI INDONESIA KHUSUSNYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA