18 Februari 2010

FP-UB Gelar Workshop Internasional INRM

FP-UB Gelar Workshop Internasional INRM
18 Februari 2010
Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya (FP-UB) bekerja sama dengan World Agroforestry Centre akan menggelar workshop internasional "Integrated Natural Resource Management (INRM)" selama seminggu (22-26/2). Gelaran ini merupakan rangkaian kegiatan networking antara Jerman, Kenya, Nepal, China, Thailand, Vietnam, Philippina, Malaysia dan Indonesia yang diikat dalam project "Trees in multi-Use Landscape in SouthEast Asia (TUL-SEA)". Project TUL-SEA didanai oleh The Deutsche Gesellschaft für Technische Zusammenarbeit (GTZ/The German Organisation for Technical Cooperation) dan dikoordinir bersama antara "World Agroforestry Centre" dengan "University of Hohenheim, Jerman.
Project TUL-SEA diawali melalui pertemuan yang dilakukan di Basoan, Yunan, China tiga tahun lalu. Jurusan Tanah FP-UB juga merupakan bagian dari partner networking kegiatan tersebut.
Disampaikan Ketua Panitia, Ir. Widianto, MSc, kegiatan ini akan diikuti sekitar 47 peserta yang berasal dari negara-negara tersebut yang meliputi unsur pemerintah daerah, Lembaga Swadaya Masyarakat, Peneliti dan Perguruan Tinggi.
Pada hari pertama, disamping masyarakat internasional yang mengikuti workshop, juga akan diundang para birokrat di tingkat propinsi Jawa Timur, khususnya Malang Raya.
Komitmen Indonesia Kurangi Emisi
Mengapa Universitas Brawijaya dan peneliti Indonesia secara umum ambil bagian dalam kegiatan ini? Tahun 2007, kita semua terkaget-kaget bahwa Indonesia dituding sebagai negara ketiga terbesar di dunia sebagai pembuang gas emitter ke atmosfer yang menyebabkan pemanasan global. Gas emitter ini sebagian besar berasal dari alih guna lahan hutan dan pembukaan lahan gambut. Indonesia dinyatakan memberi kontribusi 8 persen emisi CO2 global. Tahun lalu, Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan rencana Indonesia di pertemuan "The Group of 20 summit in the US city of Pittsburgh" bahwa "We are devising an energy mix policy including LULUCF (Land Use, Land Use Change and Forestry) from BAU (Business As Usual) that will reduce our emissions by 26 percent by 2020. With international support, we are confident we can reduce emissions by as much as 41 percent from current levels" (Kami merencanakan kebijakan energi mix termasuk LULUCF (penggunaan lahan, perubahan penggunaan lahan dan kehutanan) dari BAU yang akan mengurangi emisi kami hingga 26 persen pada 2020. Dengan dukungan internasional, kami percaya diri akan mampu mengurangi emisi hingga 41 persen dari keadaan sekarang).
Disisi lain, banjir, tanah longsor dan kerusakan biodiversitas terus terjadi. Semua ini bisa teratasi dan tercapai bila kegiatan kebakaran hutan dan deforestasi dapat dicegah dan dilakukan Natural Resource Management yang tepat. Kegiatan INRM membutuhkan spesifik lokasi untuk memahami tarik ulur kepentingan antara kebutuhan perikehidupan masyarakat dengan layanan lingkungan pohon di dalam ekosistem/agroekosistem. INRM harus dilakukan melalui pendekatan efektif biaya dan dapat dilakukan terus menerus oleh tenaga profesional lokal yang memiliki keahlian interdispliner.
Tenaga professional lokal ini diharapkan dapat membantu berbagai pihak untuk melihat pengaruh positif dan negatif peran pohon dalam berbagai penggunaan lahan yang terkait dengan perikehidupan masyarakat, manajemen air dan biodiversitas serta hak dan penghargaan atas keberadaan pohon di dalam landscape. Untuk kebutuhan tersebut World Agroforestry Centre di Asia Tenggara telah menggembangkan metode dan instrumen dukungan negosiasi untuk kaji cepat bentang alam, konflik penggunaan/pemilikan lahan, pemasaran, hidrologi, agro-biodiversitas dan cadangan karbon, serta simulasi model.
Metode dan intrumen ini dirancang untuk dapat mebuat skenario dampak bentang lahan terhadap akses pasar atau teknologi agroforestri. Metode dan instrumen TUL-SEA diharapkan dapat menjembatani gap persepsi para pihak (perbedaan paradigma pengetahuan masyarakat lokal, pengambil kebijakan dan peneliti/perguruan tinggi dalam mengelola sumberdaya alam). Selain itu, TUL-SEA juga diharap mampu meningkatkan pengakuan dan penghormatan antar sistem pengetahuan yang beragam di masyarakat serta menyediakan kuantifikasi tarik ulur antara dampak ekonomi dan lingkungan pada skala landscape dan memungkinkan analisis skenario yang masuk akal atas dasar data dan informasi yang tersedia.
Proyek TUL-SEA akan berakhir pada April 2010. Untuk itu workshop ini diselenggarakan guna melakukan sintesis output dan outcome dari berbagai pengalaman yang telah dilakukan di tujuh negara baik melalui pelatihan maupun implementasi metode dan instrumen TUL-SEA. [dik/nok]

Tidak ada komentar:

SELAMAT DATANG DI FAKULTAS PERTANIAN UB MALANG

SEMOGA BLOG PUSTAKA INI BERGUNA BAGI KEMAJUAN PERTANIAN DI INDONESIA KHUSUSNYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA